28 Mei 2025

Kenapa Blog Ini Ada?


Meskipun blog-blog yang saya buat hampir seluruhnya berantakan, meskipun tulisan saya hanya seputar  perkara remeh, saya tetep ngotot ngeblog. Ketika blog rusak, tidak bisa diperbaiki (lebih tepatnya saya tidak mampu memperbaiki), ya bikin baru lagi. Pokoknya selagi Blogger dan mbah Gugel tidak ngusir saya, cuek saja.

Tapi sebelum saya lanjut nulis ngalor ngidul, saya ucapkan selamat datang, terimakasih sudah bersedia mampir.

Entah Anda nyasar, mendapat kiriman link dari teman, atau sedanggabut dan klik blog ini tanpa alasan jelas—pokoknya terima kasih.

Jadi, kenapa blog ini ada?

Sederhana saja, karena saya membutuhkan tempat untuk bercerita. Di umur lewat 60 macam saya, sudah sulit bersosialisasi, karena badan sering ogah diajak dolan. Sehingga saya memrelukan media alternatif sekedar untuk menyalurkan kegabutan.   

Kadang otak ini suka usil, apa saja dipikir. Mulai dari “Kenapa tukang bakso baru lewat pas saya sedang makan?” sampai “Kenapa saya suka ingat hal-hal memalukan yang terjadi 30 tahun lalu?” Kalau dipendem semua, lama-lama bisa meledak.

Maka lahirlah blog ini:  yang saya olah supaya lumayan enak dibaca.
Syukur-syukur bisa bikin orang lain yang membaca tersenyum, atau minimal mikir, “Ternyata, bukan cuma aku yang seperti itu.”


Apa yang bisa Anda temukan di sini?

  • Cerita sehari-hari yng biasa aja, tapi disampaikan seolah-olah kejadian dramatis.
  • Hal-hal absurd yang sering terjadi tapi jarang dibahas, macam bingung saat di minimarket atau salah memanggil orang.
  • Curhatan ringan yang level dramanya masih jauh di bawah sinetron tapi cukup untuk diolah sebagai konten.

Dan pastinya,  tidak terlalu serius. Selain memang tidak bisa nulis secara serius,  saya percaya: hidup ini sudah cukup menantang, jangan ditambah nulis yang berat-berat.


Apa yang tidak akan Anda temukan di sini?

  • Motivasi hidup dari orang yang bangun subuh, meditasi, terus jogging 10 km.
    (Saya bisa bangun pagi saja sudah prestasi.)
  • Tips sukses dalam 7 hari - karena selama 60 tahun tidak ada sukses yang bisa saya capai dalam wktu singkat. Bahkan sekarang saya malah harus mengulang dari awal.
  • Curhatan galau.
    (Kecuali tiba-tiba saya punya hobby baru nonton drama Korea terus baper, tapi kemungkinannya kecil. Sejak 2018 seisi rumah tidak pernah nonton TV lagi. Ada TV lama, sengaja tidak dipasang STB)

Kesimpulannya:
Blog ini bukan tempat mencari pencerahan hidup, tapi tempat  mampir dan ngerasa,
“Oh, ternyata hidup orang lain juga nggak jauh beda.”

Kalau Anda suka bacaan ringan, kadang receh dan kadang tidak penting, blog ini semoga cocok.

Terima kasih sudah membaca sampai sini. Jangan lupa mampir lagi. Siapa tahu di postingan selanjutnya membawa banyak manfaat.


26 Mei 2025

Bertani, Memotret, dan Menikmati Hidup

Halo, nama saya Djati Widodo.


Ketika masih kinclong

Nama saya masih ditulis menggunakan ejaan lama karena saya memang produk jadul. Lahir tahun 1962, jadi ketika tulisan ini dibuat, umur saya sudah menjelang 64. Perasaan belum tua, ternyata sudah memenuhi syarat menjadi anggota Pos Yandu Lansia.

Saya masih aktif bekerja sebagai wiraswasta, mengelola rental mobil yang saya dirikan bersama teman-teman sejak tahun 2002. Belum pensiun. Selain karena penghasilan masih penting, pengalaman mengurung diri seminggu dirumah, mematuhi peraturan pemerintah saat Covid, membuat otak kopong. Jadi, bekerja bukan hanya soal uang, tapi juga menjaga supaya pikiran tetap waras.

Kadang orang bertanya, kapan saya akan punya waktu untuk menikmati hasil kerja? Jawaban saya sederhana, sejak awal saya sudah menikmati, tidak perlu menunggu pensiun. Kalau harus menunggu pensiun, bagaimana seandainya kesempatan saya bernafas mendadak dihentikan selagi masih muda? Hidup ini perjalanan yang harus dinikmati di setiap langkahnya. Tak perlu nunggu besok atau lusa, apalagi sampai pensiun.

Sejak 2014, saya dan istri yang memang hobi bercocok tanam mulai belajar bertani. Karena saya malas nyangkul dan kurang suka berpanas-panas, saya memilih hidroponik. 


sempat  jadi petani tapi malah baper gara-gara ulat

Selain menambah penghasilan, saya juga mendapat banyak teman. Bukan hanya teman bisnis, tapi teman dari berbagai penjuru tanah-air yang sering ngumpul bareng dalam acara family gathering.

Sayangnya, pada pertengahan 2022, saya terpaksa berhenti bertani. Bukan karena bosan apalagi bangkrut, tapi karena saya tidak tega terus-terusan jadi jagal kupu-kupu, ulat, dan belalang yang mampir di kebun. Silakan anggap saya aneh atau, seperti kata beberapa teman, baperan. Tapi begitulah kenyataannya.

Semua bermula dari 2015, ketika saya harus membuka tutup samping greenhouse karena suhu di dalam terlalu tinggi. Beberapa hari setelah perangkap serangga yang saya pasang terisi penuh, saya merasa diantara mereka, sambil sekarat, seolah bertanya, kami hanya mencari makan, kenapa dibunuh?

Saya sempat konsultasi ke psikolog, yang malah bertanya balik, “Kenapa Bapak tega makan daging?”

Karena daging-daging itu sudah tersedia, dan bukan saya yang menyebabkan binatangnya dibunuh. Saya hanya memanfaatkan yang sudah ada. Kalau tidak saya makan, sudah pasti akan dimakan orang lain, atau bisa jadi hanya berakhir di keranjang sampah. Saya tahu, itu adalah alasan yang absurd, tapi bagi otak saya, memang seperti itu adanya.


Ngumpul bareng teman-teman

Beberapa tahun saya mencoba memberi pemahaman pada diri sendiri bahwa membunuh hama bukan tindakan salah. Mereka mengganggu, memang layak dibunuh. Ternyata tidak pernah berhasil. Akhirnya, saya terpaksa menyerah. Pada pertengahan 2022, saya memutuskan menutup lahan hidroponik.

Selain bertani, saya juga punya beberapa hobi, tapi yang paling saya tekuni adalah fotografi. Saya menyukai tantangannya. Dulu, saat masih memakai kamera analog, saya harus benar-benar cermat sebelum menekan tombol shutter. Komposisi, kecepatan rana, dan bukaan lensa harus diperhitungkan, karena setelah tombol shutter ditekan, tidak ada lagi yang bisa diubah. Tidak seperti sekarang, kartu memori bisa dihapus, foto bisa diedit. Seribu kali melakukan kesalahnpun tidak akan membuat anggaran belanja tekor. 

Sekarang saya juga menggunakan kamera digital, tapi kebiasaan lama tetap saya pertahankan, tidak sembarangan menekan tombol shutter.


Menjadi tua bukan halangan untuk menikmati setiap langkah dalam hidup ini. Umur juga bukan alasan untuk berhenti berkarya, terus belajar, dan terus menikmati perjalanan.



Ngoprek HTML, Browser Ngambek: Drama Blog Saya


Berulang kali terjadi, blog saya tiba-tiba tidak dikenali oleh browser. Awalnya saya cuma bisa bengong, bingung, lalu menyerah. Biasanya langsung bikin blog baru, mulai lagi dari awal.

Tapi sejak saya mulai belajar sedikit tentang HTML, meta tag, dan SEO — entah ada hubungannya atau tidak dengan nasib sial blog-blog saya sebelumnya — blog terakhir saya, DjatiWidodo.My.Id, bertahan cukup lama.

Blog itu aslinya adalah blog pertama yang saya buat tahun 2008, dan langsung mangkrak.  Waktu itu saya ngeblog hanya ikut-ikutan, jadi ya gampang bosan dan akhirnya dibiarkan begitu saja.

Pada 7 Mei 2025, kejadian apes  terulang. Blog saya tiba-tiba tidak bisa dibuka di Chrome. Tapi kali ini, alasannya jelas: Chrome menandai blog saya sebagai laman berbahaya.

Saya sempat panik, tapi kemudian ingat, sebelumnya saya memang sempat "iseng" ngoprek HTML-nya dan mencoba bikin postingan langsung dengan kode HTML. Kemungkinan besar biang keroknya dari situ.

Harus saya akui, pengetahuan saya soal HTML memang masih sangat terbatas. Akibatnya, blog saya dianggap mencurigakan oleh browser.

Saya sudah minta bantuan teman-teman untuk memulihkan blog itu, tapi sampai lebih dari seminggu, Chrome tetap belum bersedia memafkan.

Kebetulan, di akun Blogspot masih ada blog lama "Ojo Lali Ambegan" yang juga terbengkelai. Akhirnya, saya memutuskan untuk boyongan ke blog itu.

Dan inilah, mulai pertengahan Mei 2025, blog ini  hidup kembali. Semoga  bisa bertahan lebih lama.


HOME